Saatnya Memasuki Zona Ikhlas

Saudaraku,

Sabar tak berbatas, ikhlas tak berbekas. Gantilah "lelah" (keletihan) dengan "Lillah" (ikhlas karena Allah). Berhentilah mengeluh, senantiasa perbanyak ikhlas dan bersyukur...

Diterangkan oleh imam Muhammad bin Abu Bakr Ibnu Qayyim rahimahullah mengenai definisi ikhlas,

الإخلاص: استواء اعمل العبد في الظاهر و الباطن
و الرياء: ان يكون ظاهره خيرا من باطنه
والصدق في الإخلاص: ان يكون باطنه اعمر من ظاهره

"Keikhlasan adalah persamaan antara amal seorang hamba antara yang nampak dan yang tersembunyi. Sedang riya' adalah manakala yang tampak lebih baik dari yang tersembunyi (batinnya). Dan kejujuran dalam keikhasan adalah manakala yang tersembunyi (batin) lebih makmur dari yang tampak."
(Kitab Madarijus Salikin, 2/91).

Keikhlasan juga didefinisikan oleh sebagian ulama yang lain,

ان لا تطلب على عملك شاهدا غير الله و لا مجازيا سواه

"Engkau tidak mencari saksi atas amal kebaikanmu kecuali Allah, dan tidak mengharap balasan selain dari Nya."

( Al-Marifah wat Tarikh,1/679, Hilyah, 3/340, Syuabul Iman, 6490).

Sedang yang dipandang definisi ikhlas yang paling mencukupi adalah apa yang di ucapkan oleh imam Abu Utsman Said bin Ismail rahimahullah: "Hakikat keikhlasan ialah engkau tidak memandang pandangan manusia, karena memandang Al-Khaliq (Sang Pencipta), yakni Allah Azza wa Jalla...

Sedang keikhlasan yang engkau kehendaki dari hati dan amal perbuatanmu adalah keridhaan Allah Azza wa Jalla dan takut akan kemurkaan-Nya. Dengan demikian, hakikat (dari) amal perbuatanmu adalah seakan engkau melihat-Nya dan bahwa Dia sedang melihatmu, dengan demikian riya' akan sirna dari hatimu. Kemudian engkau mengingat anugerah Allah Azza wa Jalla atas mu tatkala Dia memberimu taufiq (bimbingan) untuk mengerjakan amal tersebut, sehingga rasa ujub (merasa takjub pada diri sendiri) sirna pula dari hatimu...

Dan hendaknya engkau menggunakan cara terbaik dalam beramal, sehingga hilang darimu sifat ketergesa-gesaan dari hatimu. Sifat Al-Ajalah (ketergesaan) adalah mengikuti hawa nafsu, sedang sifat Ar-Rifqu (lembut) adalah mengikuti sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka jika engkau telah menyempurnakan amalmu, bergetarlah hatimu karena khawatir jika amalmu ditolak oleh Allah Azza wa Jalla dan tidak diterima oleh-Nya. Maka, barangsiapa mengumpulkan keempat sifat tersebut, insya Allah dia termasuk orang yang ikhlas dalam beramal."
(Imam Baihaqi dalam As-Syuabul Iman, 6475).

Saudaraku,

Kita harus memiliki rasa ikhlas tanpa batas. Ikhlas adalah keterampilan yang dimiliki hati untuk berserah diri, baik harapan, keinginan maupun kekhawatiran hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Ikhlas seringkali ditujukan untuk orang-orang dalam kondisi tertentu, misalnya orang yang tengah ditimpa musibah, miskin, terpojok atau bahkan menjelang ajal. Padahal sebenarnya tidak. Mereka yang sudah mapan kehidupannya sekalipun, harus terus mengasah hati agar selalu berada di zona ikhlas...

Mengapa demikian? Karena ikhlas adalah kemampuan tertinggi manusia yang diberikan oleh Allah Azza wa Jalla. Hanya manusia yang diberikan kelebihan untuk memiliki rasa ini. Ikhlas juga bukan berarti kita harus melepaskan semua keinginan dalam hidup. Kita bisa tetap mengejar mimpi-mimpi kita, namun jika kita menjalaninya dengan ikhlas, maka di dalam hati akan timbul rasa syukur, sabar, fokus dan tenang selama kita menuju proses yang diinginkan. Di dalam keikhlasan kita akan sepenuhnya menyerahkan semua ‘keputusan akhir’ hanya kepada Allah Azza wa Jalla setelah beragam upaya kita lakukan...

Saudaraku,

Ikhlas tidak bisa dipersamakan dengan pasrah. Bila konotasi pasrah cenderung menyerahkan semua persoalan pada takdir tanpa melakukan beragam upaya, maka ikhlas adalah sebuah kondisi di mana manusia sudah melakukan berbagai upaya secara maksimal, namun mengembalikan semua hasilnya hanya pada Allah Azza wa Jalla sebagai penentu takdir kita...

Saudaraku,

Kita seharusnya amat bersyukur karena diberi instrumen navigasi sangat luar biasa oleh Allah Azza wa Jalla berupa perasaan di hatinya. Perasaan ini terbagi dua yaitu perasaan negatif antara lain berupa: nafsu, rasa cemas, takut dan amarah. Serta perasaan positif yang terkait erat dengan rasa syukur, kebahagiaan serta keikhlasan. 

Energi yang menyelimuti zona ikhlas adalah perasaan positif yang berenergi tinggi. Ketika kita ikhlas, kita akan merasa penuh tenaga. Sebaliknya, ketika kita tidak ikhlas, kita akan merasa resah, kacau dan tidak bahagia...

Zona ikhlas ini adalah zona di mana perasaan kita selalu merasa enak (positive feeling). Oleh sebab itu, kita harus terus berupaya agar sesering mungkin mengakses perasaan tersebut, karena sebenarnya kenyamanan kita menjalani hidup tergantung dari seberapa sering perasaan itu kita miliki...

Saudaraku,

Masalah yang seringkali kita hadapi saat ini adalah masalah-masalah sederhana yang tanpa sengaja dibuat menjadi sangat rumit. Karier kita yang biasa-biasa saja bahkan cenderung lambat, biaya pendidikan anak yang semakin mahal, prestasi akademik mereka yang mengkhawatirkan, kebutuhan rumah tangga yang tidak ada habisnya, adalah merupakan bagian dari permasalahan yang sering dialami dan dibuat menjadi sangat pelik. Padahal sesungguhnya akumulasi dari semua keluhan dan perasaan negatif itu adalah ketidakpuasan atau ketidakbahagiaan...

Bahkan di titik inilah manusia akan mulai memperbandingkan. Tanpa disadari, perasaan positif yang seharusnya kita miliki, akan berganti dengan berbagai perasaan negatif yang tadinya ingin kita hindari. Oleh sebab itu, kita harus senantiasa mengasah hati agar bisa sesering mungkin berada di zona ikhlas ini dengan cara: tidak ingin selalu dipuji, terus menerus memamerkan eksistensi diri, serta sedapat mungkin menghindari orang-orang yang dipenuhi rasa takut, marah, mudah mengeluh serta berputus asa...

Di sinilah gunanya kita memiliki rasa ikhlas. Banyak manusia meyakini bahwa menjalani hidup itu sama dengan berjuang keras tanpa batas, bahkan kalau perlu sampai titik darah penghabisan. Padahal sesungguhnya tidak. Tuntunan agama menjanjikan berbagai kemudahan bila dalam ikhtiarnya itu manusia selalu bersyukur, menikmati prosesnya dan menyerahkan hasil akhir dari sebuah usaha hanya kepada Allah Azza wa Jalla...

Inilah makna dari ikhlas yang sebenarnya. Kemudian, bagaimana cara kita merawat rasa ikhlas?

1. Memberi maaf kepada orang lain dan diri sendiri, serta memohon ampun kepada Allah Azza wa Jalla atas dosa dan kekhilafan yang telah kita lakukan.
2. Memelihara rasa percaya diri serta membiasakan untuk memberi pujian pada orang lain di saat-saat yang memang tepat.
3. Bergaul dengan orang-orang yang berada di zona ikhlas yaitu orang yang penuh syukur, sabar, fokus, tenang dan bahagia.

Tiga cara tersebut hanyalah sebagian kecil cara kita untuk memelihara rasa ikhlas. Tentu masih banyak cara lain yang lebih mudah diterapkan bila memang nurani kita menginginkan...

Sesungguhnya sebesar apapun permasalahan, akan lebih mudah dihadapi bila kita senantiasa melantunkan kalimat syukur. Hidup dalam rasa syukur itulah ‘jalan pintas’ menuju kebahagiaan. Kelak, rasa syukur ini yang akan menimbulkan keikhlasan dan menciptakan berbagai kemudahan...

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa ikhlas dalam ucapan dan amalan untuk meraih ridha-Nya...
Aamiin Ya Rabb.

Wallahua'lam bishawab...//*wagdkmalmuhajirin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memahami Makna Ikhwah Fillah

Khutbah Jum'at: "Apakah Allah Perlu DIbela?"